Selasa, 06 Desember 2011

BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam.
Secara etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata Yunani “logos”. “Socius” berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat. “logos” berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. (Chaerudin, dkk, 1995:67)
Menurut Ibnu Chaldun, sosiologi adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam bentuknya yang bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum yang menguasai perkembangan.
1. Dari rumusan diatas kita dapat menarik kesimpulan, yaitu bahwa sosiologi adalah:
merupakan hidup bermasyarakat dalam arti yang luas.
2. perkembangan masyarakat di dalam segala aspeknya.
3. hubungan antar manusia dengan manusia lainya dalam segala aspeknya
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogic, terdiri dari kata “pais”, artinya anak, dan ”again” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogic yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara definitif pendidikan (paedagogic) diartikan, sebagai berikut:
Dalam Undang-undang Republik Indonesia SISDIKNAS No.20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus.
Gunawan (2006:2) mengemukakan definisinya tentang sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Untuk mendefinisikan tentang sosiologi pendidikan Islam masih banyak kesulitan secara pasti belum didapatkan tentang pengertian itu. Itu disebabkan karena sukarnya membatasi bidang study antara bidang pendidikan dan bidang sosiologi, kurangnya penelitian dalam bidnag ini.
Beberapa konsep mengenai pengertian sosiologi pendidikan Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan (Prof. Dr. S. Nasution, M.A) kami menemukan sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengenalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau proses social dan pola-pola social yang terdapat dalam system pendidikan. (sosiologi pendidikan: Prof. Dr. S. Nasution, M.A, hal 5 ).
Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector pendidikan Islam.
Pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Melalui pendekatan ini,interaksi antara pendidikan dan masalah sosial dikaji secara seksama.Pendidikan, menurut pendekatan sosiologi ini, dipandang sebagai salah satu kontruksi sosial, atau diciptakan oleh interaksi sosial. Para sosiologi pendidikan mengkaji praktik-praktik pendidikan untuk membuktikan hubungannya dengan kelembagaan, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan berbagai komponen pendidikan lainnya. Pendekatan sosiologi, dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami berbagai bidang lainnya, seperti hukum dan agama sehingga muncullah studitentang sosiologi hukum dan sosiologi agama.Pendidikan dengan pendekatan sosiologi ini menarik dan penting untuk dikaji dan diketahui karena beberapa alasan sebagai berikut:
Pertama
konsep pendidikan, selain didefinisikan melalui pendekatan individual sebagaimana pada aliran nativisme, juga dapat didekati melalui pendekatan masyarakat sebagaimana pada aliran behaviorisme.


Kedua,
pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia. Ia adalah suatu tindakan sosial yang memungkinkan terjadinya interaksi melalui suatu jaringan hubungan-hubungan kemanusiaan.
Ketiga,
Dikalangan aliran progresivisme, sebagaimana yang banyak diterapkan saat ini, dinyatakan bahwa setiap anak didik memiliki akal dan kecerdasan. Akal dan kecerdasan merupakan kelebihan manusia dibanding dengan makhluk lain. Dengan potensi yang bersifat kreatif dan dinamis tersebut, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problem-problemnya.
Keempat,
program pendidikan saat ini, selain harus memuat mata pelajaran yang berkaitan dengan kepentingan nasional, juga mata pelajaran yang berkaitan dengan kepentingan nasional, juga mata pelajaran yang berkaitan dengan kepentingan lokal yang selanjutnya dikenal dengan istilah kurikulum lokal (Kurlok).
Kelima,
setelah terjadinya era reformasi di tahun 1998 sampai sekarang, perhatian terhadap kepentingan masyarakat semakin meningkat. Program dankegiatan pendidikan selain harus mencerminkan aspirasi dan kepentingan masyarakat, juga harus melibatkan kepentingan masyarakat.
Keenam,
setiap bangsa di dunia menyelenggarakan pendidikan yang disesuaikan dengan kepentingan negaranya. Dari segi kebudayaan, berbagai Negara tersebut, menurut Samuel Huntington, dapat dibagi ke dalam enamtipologi, yaitu negara yang terikat pada kebudayaan Cina, kebudayaan India,kebudayaan Jepang, kebudayaan Islam, kebudayaan Eropa dan kebudayaan Barat. Masing-masing kebudayaan tersebut memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri.
Keenam macam kebudayaan tersebut berlomba-lomba mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perbuatan manusia. Karena didukung oleh modal, sumber daya manusia yang canggih, ilmu dan teknologi modern, kebudayaan Barat sebagaimana tersebut di atas, tampak lebih menguasi kebudayaannya lainnya.Kebudayaan yang berdasar pada nilai-nilai moral dan spiritual yang berbasis pada ajaran agama sebagaimana yang dimiliki oleh kebudayaan Islam, Cina,Jepang, dan kebudayaan Timur lainnya, tampak tidak mampu menghadapinya. Pengaruh kebudayaan Barat yang demikian itu terus dipompakan ke tengah-tengah masyarakat melalui pendidikan.
Tujuan Bangunan teoritis kependidikan Islam itu akan berdiri tegak di atas pondasi pandangan dasar yang telah digariskan oleh Tuhan dalam kitab suci wahyu. Wahyunya dalam kitab suci terus berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat yang menuju masa depan yang maju dan sejahtera apabila Islam telah diyakini dan diamalkan betul oleh umat manusia maka Islam dapat digunakan sebagai sarana pemberdayaan manusia yang bersifat Islami. Walaupun masyarakat sekarang beraneka ragam kultur dan strukturnya.
Ada beberapa unsur aktifitas pendidikan, aktifitas pendidikan tidak berlangsung bila tidak ada unsur pendidikan. Pertama yang memberi dan yang menerima, kedua unsur belum menjadi sama pendidikan bila belum ada unsur ketiga yaitu berniat baik dari yang memberi bagi yang perkembangan atau kepentingan yang menerima. Agar anak pandai, agar orang menjadi ahli, agar orang berkepribadian luhur, dsb.
a. Adapun beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan Islam adlh sbg berikut:
1. Sosiologi pendidikan Islam sebagai proses sosialisasi
Dalam hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperolehpengalamannya.
2. Sosilogi pendidikan Islam sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam tidak bisa terwujud.
3. Sosiologi pendidikan Islam sebagai anilisis social di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat.
Diharapkan terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolah dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah dengan masyarakat sekitar sekolah.
4. Sosiologi pendidikan Islam sebagai alat kemajuan perkembagan social
Pendidikan Islamn sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan dan memajukan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan kepuncak yang setinggi-tingginya
5. Sosiologi pendidikan Islam sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan
Diharapkan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai al-Quran.
6. Sosiologi pendidikan Islam sebagai sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapi sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
7. Sosiologi pendidikan Islam sebagai latihan
Bagi petugas pendidikan agar para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social tempat anak disosialisi. Adakalanya agar pendidik memperbaiki teknik mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
b. Prinsip-prinsip pendidikan islam sebagai disiplin ilmu
Sebagai disiplin ilmu, pendidikan islam bertugas mengilmiahkan wawasan tentang kependidikan yang terdapat dalam sumber-sumber pokok dengan bantuan dari penapat para ulama/ilmuan muslim. Nilai-nilai ketuhanan berada di atas nilai-nilai keilmiahan an ilmu pengetahuan. Agama islam bukan ilmu pengetahuan karena bukan ciptaan budaya manusia. Agama islam adalah agama Tuhan yang diturunkan kepada umat manusia melalui rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup dan harus diyakini kebenarannya.

c. Ada tiga komponen yang harus dibaca dalam pendidikan islam, yaitu;
1. Tujuan pendidikan islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sma bagi seluruh umat islam sehingga bersifat universal.
2. Metode pendidikan islam yang kita ciptakan harus efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri.
3. Konsepsi al-Quran tentang ilmu pengetahuan tidak membeda-bedakan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu umum. Kedua ilmu tersebut tidak dapat terpisahkan karena ilmu pengetahuan merupakan manifestasi dari ilmu pengetahuan yang satu yaitu ilmu pengetahuan Allah yang tercantum dalam al-Quran.
d. Tujuan pendidikan islam
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
 Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
 Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi :
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
 Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
 Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Pendidikan islam berhubungan erat dengan agama islam itu sendiri, lengkap dengan akidah, syariah, dan system kehidupannya. Keduanya ibarat dua jalur yang berjalan di atas jalur yang seimbang, baik dari segi tujuan maupun rambu-rambunya yang disyariat bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu, hidayah, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup. “berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah takwa.(Q.s. al-Baqarah,2:197)
Hubungan antara pendidikan islam dan agama islam dapat digambarkan dalam pokok-pokok sebagai berikut:
a) Agama islam menyeru manusia agar beriman dan bertakwa.
Pendidikan islam berupaya menamkan ketakwaan itu dan mengembangkan agar bertambah terus sejalan dengan pertambahan ilmu. Maka, bertakwalah kamu kepada allah menurut kesanggupanmu. (Q.S. al-Taghabun, 64:16) Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu.(Q.S. al-Baqarah, 2: 282)


b) Agama islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan menyeru manusia agar
berfikir tentang kerajaan Allah. Sedangkan pendidikan islam dibangun di atas ilmu dan pengetahuan. Ya tuhan kami utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada engkau ayat-ayat engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab(al-Quran) dan al- Hikmah (al-Sunah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya engkaulah maha perkasa lagi maha bijaksana.(Q.S.al-Baqarah,2:129)
c) Agama islam menetapkan amal shalih bahwa iman selalu diwujudkan dengan amal salih
tersebut. Hampir semua ayat yang menyebut orang yang beriman selalu diikuti dengan amal salih. Dalam pendidikan islam menekankan pentingnya belajar dengan jalan berbuat (learning by doing); bukan sekedar menghafal teori dan pengetahuan yang tidak membimbing orang untuk tidak melakukan perbuatan baik di berbagai lapangan hidup.” ….dan sesunggunya manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S. al-Najm, 53:39).
Islam harus bisa mencerminkan ilmu-ilmu sains yang dibutuhkan oleh manusia karena antara religious dan ilmu sekuler tidak bias dipisah-pisahkan, semuanya harus dipelajari oleh umat manusia. Pola kajian pendidikan islam di Indonesia belum terorganisasi secara serius dan menyeluruh. Pola kajian pendidikan islam jauh tertinggal dan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan ilmu kalam. Misalnya kajian ini langka dan dapat dikatakan bahwa pemikiran kepandidikan islam juga tidak berkembang sesuai apa yang diharapkan. Seiring perubahan pemikiran dan peradaban umat muslim kepada pendidikan islam semakin banyak. Mereka mengharapkan system pendidikan islam mampu membangun generasi muda ke arah masa depan yang lebih cerah.
B. Obyek dan Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat.
Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut.
Penelitian dan analisis terhadap sistem pendidikan berdasarkan keduanya yang sekarang, tentunya sudah bisa dikuatkan antar-antar ruang lingkup sosiologi pendidikan. Karena minat dan pengalaman, ruang lingkup yang diajukan ini terbatas pada wilayah analisis seputar sistem pendidikan formal.
Dalam hubungan ini, Nasution (2004:6-7), mengemukakan ruang lingkup sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok berikut ini:
1. hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat.
a. hubungan pendidukan dengan sistem sosial atau struktur social.
b. hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan system kekuasaan.
c. fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
d. fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya
2. hubungan antar manusia di dalam Sekolah.
a. hakikat kebudayaan Sekolah sejauh ada perbeadaanya dengan kebudayaan diluar sekolah dan
b. pola interaksi sosial dan stuktur masyarakat Sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3. pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan.
a. peranan sosial guru-guru / tenaga pendidikan.
b. hakikat kepribadian guru / tenaga pendidikan.
c. pengaruh kepribadian guru / tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan.
d. fungsi Sekolah / lembaga pendidikan dalam sosial murid / peserta didik.
4. hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat.
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah / lembaga pendidikan.

Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu :
a. Pengaruh masyakarat atas organisasi Sekolah /lembaga pendidikan.
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistematis sosial dalam masyarakat luar sekolah.
c. Hubungan antara Sekolah dan masyarakat pendidikan dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang berkaitan dengan organisasi Sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam kehidupan masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnya untuk mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
C. Pola Kajian Pendidikan di Indonesia.
1. Sosio-Historis
Pola pendidikan historis adalah pola yang pertama dan yang paling awal dalam kajian kepaendidikan islam di Indonesia. Kelebihan pokoknya terletak pada perkembangan historis dunia kependidikan islam. Lebih dikhususkan lagi pada perubahan system, lembaga, atau metodologi. Dapat diperoleh pula gambaran tentang keberhasilan atau berkisar kegagalan suatu system, lembaga dna metodologi yang pernah diterapkan. Pada awalnya pola hitoris ini diembangkan oleh Mahmud Yunus dengan karyanya. Sejarah pendidikan islam di Indonesia (cetakan pertama, 1960) mengalami cetakan ketiga pada tahun 1992. Karya Yunus kini sudah menjadi”klasik” ari segi metodenya buku ini kurang memadai, namunmenjai referenai yang tidak bias ditinggalkandalam kajian sejarah kependidikan di Indonesia. Studi Karel Steenbrink, pesantren, marasah dan sekolah (1974) Steenbrink dalam kajiannya berhasil tidak hanya mengungkap perkembangan historis lembaga pendidikan islam, khususnya pesantren, tetapi dampak dari adanya madrasah dan sekolah bagi pesantren. Selain itu pula studi historis dilakukan pula oleh Elisabeth H. Graves tentang transisi-transisi yang terjadi dalam dunia
pendidikan termasuk pendidikan islam disumatra barat. Pola kajian historis perlu dikaji kembali agar kita dapat melihat secara akurat, posisi dan peranan dunia pendidikan islam dalam perjalanan islam dikawasan ini.

2. Pemikiran dan Teori Pendidikan
Pada kajian ini menengok jauh kebelakang dari pola bagian historis. Tetapi ia lebih kuat, hal ini terlihat dari lebih banyaknya literature yang tersedia berkenaan dengan pemikiran dan teori kependidikan, baik yang ditulis para ahli dalam negeri ataupun diluar Negeri. Para pengkaji pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia dewasa ini adalah Muzayyin Arifin dan Hasan Laggulung, sarjana asal Padang, yang mengajar di Universitas Kebangsaan Kuala Lumpur. Pada hakikatnya pola kajian ini berusaha mengembangkan konsepsi pendidikan islam secara menyeluruh dengan bertolak dari sejumlah pandangan dasar islammengenai kependidikan dan mengkombinasikannya dengan pendidikan modern. Pemikiran dan teori kependidikan pada hakikatnya menyangkut tema-tema yang luas. Mencakup pembahasan sejak dari hakikat manusia sebagai makhluk didik sampai pada landasan filosofis pendidikan islam.
3. Kajian Metodologis.
Pola kajian metodologis berusaha mengambangkan hal-hal yang berjenaan dengan praktek pendidikan islam banyak ditentukan oleh metodologis yang baik lagi jelas. Yang paling menonjol pada kajian ini adalah Ahmad Tafsir, seperti dua karyanya : Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (1992) dan Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (1992) buku- buku yang mengungkapkan hal-hal penting soal metodologi termasuk pembuatan perencanaan pambelajaran, prinsip dan metode mengajar dan belajar, prinsip evaluasi, model-model dasar rencana pengajaran dll. Edang buku yang kedua mengungkapkan pembahasan yang lebih luas seperti : tujuan pendiikan islam, Kurikulum Pendidikan Islam, guru dan Pendiikan Islam, pendidikan Dalam Keluarga, an pendidikan Islam Alternatif, seperti pesantren.
D. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dapat didefinisikan bahwa agama islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai RasulNya muila dimekah, kemuian dimadinah selama (dibulatkan) 23 tahun. Sebagai agama wahyu, seperti telah isebut berulang-ulang. Komponen utama islam adalah aqidah, syariah, dan akhlak yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.
1) Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam Jika kita bicara soal keudukan akal dan wahyu dalam islam, yang ilaksu adalah tempat akal dan wahyu alam system agama islam dengan
mengetahui keudukan tersebut dapat pula diketahui peranannya dalam islam. Akal berasal dari bahasa Arab al-Aql. Yang artinya pikiran atau intelektual (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan engan ilmu pengetahuan). Para ahli ilmu filsafat dan ahli ilmu kalam mengartikan akal sebagai daya, untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang apat membedakan antara dirinya dengan orang lain. Wahyu berasal dari bahasa Arab yang artinya suara dan kecepatan, wahyu juga mengandung makna bisikan, asyaroh, tulisan dan kitab. Dari sekian banyak arti itu, wahyu sering dikenal dengan apa yang disampaikan oleh Allah kepada para NabiNya. Kata wahyu mengandung nilai penyampaian sabda Allah kepada orang-orang pilihanNya agar iteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa kedudukan akal dan wahyu dalam ajaran agama islam, keduanya merupakan soko guru ajaran islam. Tapi harus ditegaskan bahwa wahyulah yang menuuki peringkat pertama, baru kemudian kita gunakan akal. Al-Quran dan Al-Hadits dapat member tuntunan, arah dan bimbingan pada akal manusia. Akal manusia harus selalu diasah, dimanfaatkan dan dikembangkan untuk memahami wahyu.
2) Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu dalam Islam
a) Menurut Al Farabi, Klasifikasi dan Perincian Ilmu adalah sebagai berikut :
a). Ilmu Bahasa b). Ilmu Logika c). Ilmu Matematis d). Metafisika e). Ilmu Politik
b) Dalam berbagai karyanya Al Ghazali Menyebut 4 klasifikasi ilmu, yaitu sebagai berikut :
a. Ilmu teoritis dan ilmu praktis
b. Ilmu yang dihindarkan dari ilmu yang dicapai
c. Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
d. Ilmu fardu Ain dan Ilmu fardu kifayah
c) Qutubuddian Al Syirazi menyajikan klasifikasi ilmu yaitu :
a. Ilmu-ilmu filosofis (kefilsafatan) dibagi menjadi teoritis dan praktis. Masing-masing masih bisa dipecah lagi menjadi beberapa butir.
b. Ilmu-ilmu non filosofis. Teknologi adalah kemampuan teknik berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarakan proses-teknis. Dan dapat ikatakan bahwa teknoogi adalah ilmu tentang cara mengetrapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan hidup manusia.


BAB 111
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sosiologi adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam bentuknya yang bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum yang menguasai perkembangan. (ibnu chaldun)
4. Dari rumusan diatas kita dapat menarik kesimpulan, yaitu bahwa sosiologi adalah:
merupakan hidup bermasyarakat dalam arti yang luas.
5. perkembangan masyarakat di dalam segala aspeknya.
6. hubungan antar manusia dengan manusia lainya dalam segala aspeknya
Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector pendidikan Islam.
Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan :
5. hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat.
6. hubungan antar manusia di dalam Sekolah
7. pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan.
8. hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnya untuk mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis meyakini banyak sekali kekurangan dan penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini, sehingga makalah ini akan mencapai kesempunaan. Amin




Daftar pustaka
Prof. Dr. Azyumardi Azra, M. A. Pendidikan Islam Terakreditasi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Logos, 2002.
Dr. Nur Ali Heri, MA, an Drs. H. Munzier S, MA. Watak Pendidikan Islam. Frika Agung Insani. 2000.
Prof. Dr. Harun Nasution, M. A, Soiologi Pendidikan. Prof. Dr. H. Muyazzin Arifin, M. Pd. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. tt. Sosiologi Pendidikan. Surayaba: Usaha Nasional.
Gunawan, Ary H. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendididikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Shomad, Abd. 2009. Selayang Pandang tentang Antropoplogi Pendidikan Islam. http://uin suka.info/enjurnal/index2.php?option=com_content&do-pdf=1&id=88

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Pages

Lencana Facebook

Ahmad Mu'alim. Diberdayakan oleh Blogger.

FOLLOWERS...

Mey Profilee...!!!

Foto saya
Madieoen, Jawa Tiemoer, Indonesia
tak ada yang istimewa dari ku tapi aku ingin membuat sesuatu yang istimewa sehingga aku pun juga akan terlihat istimewa...hehehe <(^_^)>

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget