PENDIDIKAN
DI MALAYSIA
Wajib belajar sembilan tahun yang
dicanangkan pemerintah sebagai pendidikan dasar, ternyata belum menuai hasil
yang menggembirakan. Tulisan sdr. Hariyanto Imadha berjudul “Oemar Bakrie dan
Oemar Badroen” (Jawa Pos, Opini 5/5/07) adalah salah satu bukti dan potret
keseharian pejuang pendidikan kita. Pertanyaannya adalah apakah jika sudah
digelari “pahlawan tanpa tanda jasa”, maka kesejahteraannya menjadi tak
terpikirkan lagi?
Pendidikan, secara umum menjadi
tangung jawab negara. Konstitusi membebankan tanggung jawab mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional kepada pemerintah. Tetapi
kenyataannya, kinerja negara dalam mendukung pendidikan dasar adalah masih
rendah. Hal ini terbukti masih banyaknya potret buram dunia pendidikan dasar
kita, dimulai dari gedung Sekolah Dasar yang sudah tak layak pakai, roboh,
sampai kepada kesejahteraan para guru yang belum memadai.
Kritik terhadap pembangunan dunia
pendidikan kita sudah banyak diulas, dibicarakan, ditulis, dan diseminarkan.
Namun solusi yang jitu belum dirasakan, bahkan solusi yang diambil lebih
berkesan “trial &
error”. Ganti menteri, ganti percobaan. Tuntutan 20% anggaran pendidikan pun rasanya susah didapatkan.
error”. Ganti menteri, ganti percobaan. Tuntutan 20% anggaran pendidikan pun rasanya susah didapatkan.
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengajak para pembaca untuk melihat lebih dekat sistem pendidikan dasar di
Malaysia, sebagai suatu perbandingan.
Pendidikan Dasar di Malaysia
Pada era tahun 70an sampai 80an
keadaan pendidikan di Indonesia masih di atas Malaysia. Orang Malaysia datang
belajar ke Indonesia. Bahkan beberapa guru dari Indonesia diperbantukan
mengajar di Malaysia. Sekarang pendidikan di Malaysia termasuk yang paling baik
di dunia, tetapi Indonesia malah terkesan berjalan di tempat. Tambahan lagi sekarang
biaya pendidikan sudah mulai menjadi di luar jangkauan kebanyakan masyarakat di
Indonesia.
Sistem pendidikan di Malaysia
disusun berdasarkan pada Sistem Pendidikan Inggris. Pendidikan rendah atau
pendidikan dasar di Malaysia dimulai pada kanak-kanak usia 7 – 12 tahun
(pendidikan dasar 6 tahun). Wajib belajar (pendidikan wajib) di Malaysia
diterapkan dan dilaksanakan mulai tahun persekolahan 2003.
Pendidikan wajib adalah satu
peraturan yang mewajibkan setiap ibu bapak warganegara Malaysia (yang menetap di
Malaysia) yang mempunyai anak mencapai umur enam tahun mendaftarkannya di
sekolah rendah (pendaftaran murid biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa
persekolahan).
Kegagalan ibu bapak memastikan
anaknya mengikuti pendidikan wajib merupakan satu kesalahan dari segi
undang-undang, dan jika terbukti di pengadilan, ibu bapak berkenaan akan
dikenakan denda maksimal RM 5000 atau dipenjarakan maksimal 6 bulan atau
kedua-duanya sekali.
Ada peraturan yang mewajibkan, ada
pula sangsi bagi yang melanggar. Namun negara juga mendukung sepenuhnya
pembangunan di bidang pendidikan. Fasilitas, sarana dan prasarana serta
kesejahteraan guru diperhatikan.
Biaya Pendidikan Dasar
Orang tua murid dikenakan membayar
iuran sekolah yang dibayarkan pada awal tahun ajaran baru. Besarnya iuran yang
dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM 50 hingga RM 75 pertahun (Rp.
125.000 – 187.500/tahun) tiap siswa. Iuran tersebut dirinci untuk pembayaran
asuransi, biaya ujian tengah semester & semesteran, iuran khas, biaya LKS,
praktek komputer, kartu ujian, file data siswa & rapor.
Khusus untuk sumbangan PIBG
(Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu bayaran untuk satu keluarga.
Jadi untuk keluarga yang menyekolahkan 1 anak atau lebih, dikenakan bayaran
yang sama yaitu RM 25/keluarga. Dan untuk siswa kelas enam ditambah biaya UPSR
sebesar RM 70. Selain itu tak ada pungutan lain, termasuk pula tak ada pungutan
sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi gedung sepenuhnya menjadi
tanggungjawab kerajaan/pemerintah.
Buku teks atau buku pegangan yang
digunakan siswa relatif tak berganti atau sama setiap tahun. Bila orang tua
murid membeli semua buku teks dan aktifiti, harganya berkisar antara RM 80 – RM
125/siswa pertahun. Itupun hanya sekali beli untuk anak sulung saja. Karena untuk
keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu, buku teks tersebut dapat dipakai
bergantian “turun temurun”. Khusus untuk keluarga dengan pendapatan kurang dari
RM 2000/bulan, dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk peminjaman
buku teks yang disediakan dari sekolah.
Suatu biaya pendidikan yang
terbilang relatif murah untuk negara dengan pendapatan rerata per keluarga
sebesar RM 2500/bulan atau setara dengan Rp. 6.250.000/bulan (Data 2003,
Kementrian Kewangan Malaysia). Lebih-lebih lagi, mulai tahun persekolahan
2008 mendatang pemerintah merencanakan untuk meminjamkan semua buku teks kepada
para siswa sekolah rendah tanpa kecuali. Praktis, orangtua murid tidak lagi
terbebani untuk membeli buku teks.
Update,
Januari 2008: Pemerintah/Kerajaan Malaysia,
betul-betul memenuhi janjinya. Mulai tahun ajaran 2008 ini, semua siswa Sekolah
Rendah warga tempatan (warga Malaysia) mendapatkan peminjaman buku teks yang
disediakan oleh Pemerintah melalui sekolah masing-masing.
Peran Pemerintah
Kurikulum pendidikan yang ditetapkan
oleh Kementrian Pelajaran Malaysia, relatif stabil. Kurikulum yang digunakan di
Sekolah Rendah Malaysia disebut dengan Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR).
Dari data Kementrian Pelajaran Malaysia, KBSR mulai diujicobakan tahun 1982 di
302 buah sekolah rendah. Sejak tahun 1988, pelaksanaan KBSR sepenuhnya dicapai
dan hingga tahun 2007 ini masih dipergunakan.
Penulis tidak menemukan data resmi
yang menjelaskan tentang perubahan kurikulum dari KBSR menjadi kurikulum
lainnya. Selain dalam buku teks untuk sekolah rendah tahun 2007 tertulis:
disusun berdasarkan KBSR yang disemak-ulang/direvisi. Revisi terakhir dilakukan
pada tahun 2005, dimana mata pelajaran Sains dan Matematika menggunakan bahasa
pengantar Bahasa Inggris.
Kesejahteraan guru? Gaji guru di
Malaysia berkisar di atas RM 1000 (>Rp 2.500.000), yang hampir setara dengan
gaji profesor (golongan IV/e) di negara kita. Meskipun juga banyak keluhan dari
para guru Malaysia tersebut yang merasa gaji mereka masih juga rendah. Namun
pada kenyataannya, guru sekolah rendah di Malaysia sudah mampu mengajukan
kredit mobil dari gajinya, sedangkan guru SD di Indonesia baru pada tahap layak
mengajukan kredit sepeda motor. Itupun baru sebagian kecil guru saja, sedang
sebagian besar lainnya berusaha melunasinya dengan menjadi tukang ojek.
0 komentar:
Posting Komentar