Rabu, 20 Juni 2012

Mengenang masa lalu untuk kemudian bersedih atas semua kegagalan yang pernah dialami merupakan tindakan sia-sia, membunuh semangat, memupus harapan dan mengubur masa depan. Muslim yang berpikir cerdas akan melipat berkas-berkas masa lalu, ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘gudang lupa’, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ acuh buat selamanya, karena masa lalu telah berlalu. Kesedihan dan keresahan tak akan mampu memperbaikinya kembali. Kegundahan tak akan mampu merubahnya menjadi terang, karena memang ia sudah tiada. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri kita
dari bayangan masa silam.

“Apakah kita ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya dan air mata ke dalam kelopaknya ? Ingatlah, keterikatan kita dengan masa lalu, keresahan kita atas apa yang telah terjadi adalah tindakan yang sangat naif, ironis, memprihatinkan dan menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupus masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. 
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan hanya karena disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab yang demikian itu mustahil, karena angin selalu berhembus ke depan, air selalu mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan maju ke depan. Maka itu, jangan pernah melawan sunnah kehidupan! Jika kita berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dan bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari kita dan siangnya menyapa, inilah hari kita. Umur kita mungkin tinggal hari ini. Anggaplah masa hidup kita hanya hari ini. Seakan-akan kita dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini. Dengan begitu, hidup kita tidak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka cita masa lalu, atau bayangan masa depan yang penuh ketidak pastian bahkan acapkali menakutkan. Mari curahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras untuk hari ini.
Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jangan lupa, hendaklah kita goreskan pada dinding hati kita satu kalimat : “Hari kita adalah hari ini”. 

Bila hari ini kita dapat memakan nasi hangat yang harum baunya, maka jangan pernah peduli dengan nasi basi yang telah kita makan kemarin atau nasi hangat esok hari yang belum tentu ada. Jika kita percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang kuat maka kita akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada prinsip: “Saya hanya akan hidup hari ini.” Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri kita setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi dan mensucikan semua amalan.

Maka saya juga akan mengucapkan, “Wahai masa lalu yang telah selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu. Kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedikitpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.” Hari ini milik kita adalah ungkapan yang paling indah dalam “kamus kebahagiaan”. Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang indah dan menyenangkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Pages

Lencana Facebook

Ahmad Mu'alim. Diberdayakan oleh Blogger.

FOLLOWERS...

Mey Profilee...!!!

Foto saya
Madieoen, Jawa Tiemoer, Indonesia
tak ada yang istimewa dari ku tapi aku ingin membuat sesuatu yang istimewa sehingga aku pun juga akan terlihat istimewa...hehehe <(^_^)>

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget